Jumat, 01 Februari 2013

Hati -hati Bisnis Drakula


"   Bisnis 5 eM adalah bisnis yang luar biasa. Bayangkan, hanya dengan modal sesendok, kita bisa dapat keuntungan sampai 5 eMber.
Caranya mudah sekali, cukup dengan mendaftar dan menyetor biaya pendaftaran. Gak perlu merasa rugi, biayanya toh cuma sesendok. Jauh lebih murah daripada biaya listrik Anda sebulan. Kalaupun tidak berhasil, anggap saja beramal.

               Gak perlu kerja keras lagi, gak usah pusing-pusing lagi, cukup dengan mencari 4 orang untuk bergabung dengan Anda dalam bisnis ini maka Anda akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Dengan mengikuti bisnis ini, Anda akan kaya, dan Anda akan membuat orang lain juga menjadi kaya. Luar biasa sekali bukan…? "

                Pernah mendapat tawaran seperti itu atau yang sejenisnya? Saya yakin sudah. Karena penawaran seperti ini sekarang luar biasa sekali banyaknya. Mulai dari yang tradisional dengan modal kertas fotokopi-an yang disebar atau ditaruh di bilik ATM, sampai yang modern yang diedarkan melalui e-mail di internet. Mulai dari yang murah meriah hanya beberapa puluh ribu rupiah, sampai yang beberapa juta rupiah.
Penawaran-penawaran “bisnis” seperti ini layaknya kita telaah lebih dulu sebelum cepat-cepat tergiur untuk masuk ke dalamnya. Patut diingat, semenarik apa pun tawaran bisnis yang datang pada kita, prinsip dasar yang harus kita ingat untuk memulai sebuah bisnis adalah Halal-Berkah-Bertambah.

                Di antara berbagai penawaran investasi dan bisnis, ingat selalu untuk pilih hanya yang halal, kemudian di antara yang halal pilihlah yang paling banyak membawa manfaat untuk banyak orang (berkah), dan di antara yang halal dan berkah, barulah kita pilih mana yang keuntungannya paling besar.
Kalau sebaliknya yang kita lakukan, mencari dulu yang untungnya paling besar, kemudian kita pelajari apakah itu halal dan berkah, sangat mungkin kita akan tergoda dengan iming-iming keuntungan yang besar. Padahal Al-Qur’an dengan tegas menyebutkan “Tidaklah sama antara yang baik dengan yang buruk, walaupun yang buruk itu sangat menarik hatimu.”

                Karena itu, para pembaca , saya ingin mengajak kita semua untuk menelaah beberapa penawaran “bisnis” atau “investasi” yang akhir-akhir ini sangat marak namun meresahkan. Saya beri tanda kutip karena tidak semua yang disebut bisnis atau investasi itu benar-benar layak disebut bisnis dan investasi. Begitupula mengapa saya sebut marak namun meresahkan karena kuantitas penawarannya sudah mulai mengganggu, dan isinya pun sudah mulai memasuki ranah pelanggaran hukum dan merugikan beberapa pihak tertentu.



Waspada bisnis ala Drakula

                Bisnis adalah kegiatan muamalah yang pada intinya adalah proses pertukaran atau jual beli, baik itu barang atau jasa/manfaat. Sedangkan investasi, bisa berupa penggabungan (syirkah) yang nantinya juga harus melibatkan proses jual-beli. Bisa dibilang kegiatan inti muamalah adalah terjadinya transaksi jual-beli.
Nah, sekarang coba pelajari skema berikut ini: A merekrut B, C dan D agar mereka menjadi anggota dan membayar uang keanggotaan. Uang keanggotaan tersebut selanjutnya dibagikan kepada A dan upline-nya. Jadi A mendapat bonus hanya karena merekrut. Lalu untuk apa B, C, D direkrut? Apa kepentingannya? Agar mereka juga bisa merekrut orang lain, yaitu E, F, G sampai Z. Lho… untuk apa lagi merekrut E sampai Z? Tentu agar mereka mau bayar biaya anggota untuk membayar bonus B, C, D serta A. Begitu seterusnya.

                 Dengan skema itu, kapan dan di mana terjadi transaksi bisnis? Atas dasar apa A berhak menerima bonus alias uang pendaftaran B, C, D? Dan bagaimana caranya agar B, C, D mendapatkan “keuntungan”? Tentu mereka harus menarik lagi uang keanggotaan dari E sampai Z agar bisa dapat bonus juga yang diambil dari biaya keanggotaan member baru.

                 Dari sistem ini jelas sekali terlihat bahwa sama sekali tidak ada transaksi bisnis yang terjadi. Yang ada adalah seorang downline harus memberi “setoran” pada upline-nya, dan agar downline tersebut dapat “bonus” maka dia pun harus mencari lagi downline demi downline.. Sama sekali tidak ada transaksi bisnis!
Skema seperti ini sering disebut sebagai skema pyramid, atau arisan berantai, atau money game, atau penamaan lainnya yang lebih canggih supaya tidak terkesan negatif. Saya sendiri akan menyebutnya dengan sistem vampir alias drakula.

              Vampir atau drakula dikisahkan mengisap darah dari korbannya agar bisa bertahan hidup. Lantas korban yang sudah diisap darahnya otomatis akan menjadi drakula juga, sehingga ia harus mencari korban lain untuk diisap juga darahnya. Demikian seterusnya. Kalau melihat polanya kisah vampir agaknya cukup tepat untuk dianalogikan dengan skema pyramid di atas, kan?

Bedakan dengan MLM

              Lho… yang ditawarkan ini kan sama saja dengan MLM! Begitu biasanya sanggahan yang datang dari para pelakunya.

              Ketahuilah, perbedaan sistem vampir dan MLM sangat jauh. Sistem MLM yang benar memberikan bonus pada member-nya berdasarkan hasil penjualan produk sebagaimana pedagang lainnya. Agar penjualan produk meningkat, member MLM mencari downline untuk dijadikan grupnya karena hasil penjualannya bisa dihitung secara kolektif dengan anggota grup. Jadi jelas sekali, tujuan merekrut dalam MLM adalah untuk meningkatkan penjualan.

              Bahkan, meski sudah merekrut banyak orang pun, kalau member MLM yang direkrut tidak melakukan penjualan, maka tetap saja pebisnis MLM tidak bisa mendapatkan bonus. Dengan kata lain, semakin banyak terjadi penjualan semakin banyak diperoleh pendapatan. Itulah MLM yang benar. Intinya tetap berada pada penjualan produk, bukan asal rekrut dapat bonus.

              Bagaimana dengan promosi Member Get Member, bukankah kita bisa dapat bonus hanya dengan mendaftarkan orang lain? Misal, kita member klub fitness, kalau kita mengajak 2 orang teman sebagai member pula maka kita akan mendapatkan bonus.

Yang ini juga jelas beda, sebab ketika sudah direkrut, 2 orang teman kita itu akan melakukan transaksi dengan klub fitness. Di sini, transaksi bisnisnya adalah transaksi jasa penyewaan tempat fitness.

              Tapi, bisnis ini adalah solusi nyata untuk mengatasi kemiskinan bangsa, Bung! Karena siapa saja bisa bergabung. Bahkan tukang becak pun bisa mendapatkan keuntungan besar dan menjadi kaya tanpa perlu keahlian khusus. Ayo kita bantu sesama dengan saling bantu mengentaskan kemiskinan.

               Paragraf di atas atau yang sejenisnya biasanya juga tak pernah absen dari penawaran skema vampir. Tentu saja ini dimaksudkan supaya terkesan penawaran yang diajukan adalah sebentuk bisnis yang mulia.
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, bisa dibilang ini adalah bentuk penyesatan yang sangat nyata. Memang betul seorang tukang becak bisa mendapatkan keuntungan besar dan menjadi kaya. Tapi jika semakin banyak orang yang ikut skema ini, maka justru akan ada lebih banyak orang yang rugi dibandingkan dengan yang untung. Karena keuntungan satu orang didapat dari menarik uang beberapa orang di bawahnya. Jadi setiap ada 1 orang untung, artinya ada beberapa orang yang akan merugi. Semakin banyak orang untung, maka akan ada semakin banyak lagi orang yang rugi, itu akan terus terjadi sampai “bisnis” ini ambruk begitu mencapai titik jenuhnya.

               Di negara-negara maju, skema ini sudah dilarang secara hukum. Sayangnya aturan hukum di Indonesia masih belum tegas dan rinci mengatur hal ini. Yang lebih disayangkan lagi adalah banyak diantara saudara-saudara kita yang tergiur dengan penawaran seperti ini. Awalnya memang hanya sebagai korban, tapi namanya juga vampir, kalau sudah jadi korban maka harus jadi pelaku juga agar tetap bisa survive.

               Yang menyedihkan adalah, kadang keterlibatan dengan “bisnis” skema vampir ini terjadi dengan diawali dari sekedar ikut-ikutan dengan alasan tsiqah (percaya). Ini jelas sangat berbahaya karena yang menawarkan dan yang ditawarkan sama-sama tidak ngerti tetapi asal ikut karena saking percayanya dengan yang mengajak.

                Satu hal yang ingin saya tekankan di sini, percaya akan integritas seseorang seharusnya bukan berarti kita mau ikut saja (taqlid) dengan apa pun yang dikatakannya. Karena kita bisa saja sangat percaya bahwa yang mengajak kita itu tidak akan pernah berbohong dan menjerumuskan saudaranya sendiri. Tetapi masalahnya, apakah kita juga percaya bahwa dia betul-betul tahu apa yang sesungguhnya dia tawarkan?

                Maka, jika seorang ustadz mengajak kita ikut dalam bisnisnya misalnya, apa pun bisnisnya, kita harus percaya dan yakin bahwa dia tidak punya niatan jelek untuk menipu kita. Tetapi untuk yakin bahwa dia bisa menjalankan bisnisnya secara profesional sebagai seorang businessman, tentu itu urusan yang berbeda lagi sehingga perlu sungguh-sungguh dicermati jenis bisnisnya, sistemnya, prosesnya dan hulu hilir bisnisnya. Wallahu’alam.

Disclaimer: tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan orang atau institusi tertentu, melainkan hanya sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca yang perlu mendapatkan penjelasan yang jernih mengenai maraknya penawaran bisnis dan investasi yang tidak karuan. Tulisan ini dibuat di tengah keprihatinan penulis yang selama dalam perjalanan 4 hari di beberapa kota mendapatkan banyak pertanyaan mengenai hal ini melalui SMS, e-maill, bahkan melihat langsung penawaran tersebut dalam salah satu kunjungan.

sumber: http://ummi-online.com/berita-437-cara-menimbang-tawaran-bisnis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar